Latar Belakang Pesantren

, ,
PESANTREN EKONOMI ISLAM TERPADU SAKINATUL ABROR

LATAR BELAKANG

Berawal dari cita cita besar seorang Kiyai yaitu Kiyai Uu Burhanuddin sekitar tahun 1985 membeli tanah di wilayah pegunungan Pasirpadang tepatnya di kampung Tegalpaken dan terinspirasi dari seorang tokoh masyarakat pemilik tanah didaerah tersebut bahwa katanya “Nih saya sediakan tanah 4hektare buat pesantren sekolah silahkan kelola tanahnya agar bisa menutupi kebutuhan ustad dan para santrinya”,
Sekitar tahun 2000 dimulai kegiatan ta’lim dengan mengadakan pengajian Majlis ta’lim setiap hari rabu sore bertempat dimasjid kampung tegalpaken yang kondisinya sangat memprihatinkan.

Sekitar tahun 2004 dimulai pengajian anak-anak TPA oleh seorang warga pindahan bernama Ustad Arwin beserta istri yang hanya berlangsung sampai tahun2005, dan dilanjutkan oleh Ustad Deden hanya beberapa bulan lalu fatrah kembali, karena ditinggal kepesantren lagi, baru pada bulan Syawal tahun 2007 menetap dikampung tersebut sampai sekarang.

Dimulai dari pendirian lembaga formal yaitu TPA ( Taman Pendidikan Al-Qur’an ) dibawah naungan BKPRMI tempat belajar dirumah ustad yang sangat sederhana. Tahun 2008 alhamdulilah bisa pindah ke rumah yang lebih baik.

Kemudian pada tahun 2010 dilanjutkan pendirian Pesantren Ekonomi Islam Terpadu Sakinatul Abror di bawah naungan Yayasan Sakinatul Abror yang didirikan pada tahun yang sama. Dilanjutkan dengan pembangunan gedung Madasah dan selesai serta diresmikan pada hari Ahad Tanggal: 29 Januari 2012 / 5 Robiul Awwal 1433 H.

Dan Alhamdulillah tahun 2015 ini terus berbenah dan beberapa Fasilitas pun sedikit demi sedikit bertambah seperti Bangunan pendopo, ruko untuk kantor, fasilitas MCK yang merupakan hibah dari gubernur jawabarat tahun 2013. Sebesar 100.000.000 rupiah dan tahun 2015 ini mulai merintIs pendidikan formal yaitu SMK TIYASA program studi ATPH agribisnis tanaman pangan hortikultura.

MENGAPA PESANTREN EKONOMI ?



Berkaca pada kehidupan rosululloh karena salah satu sisi kehidupan Nabi Muhammad SAW yang jarang diungkap ialah teladan kemandirian dan teladan kewirausahaan. Pada usia tujuh tahun beliau menjadi penggembala kambing, pada usia 12 tahun  ikut kafilah dagang ke Syam, dan pada usia 25 tahun beliau telah sukses dan menikah kepada Siti Khadijah dengan mas kawin 20  Ekor unta atau sekitar 500 juta rupiah. Dan hal yang pertama kali beliau bangun ketika hijrah ke Madinah setelah masjid Adalah Pasar.

Maka pantas jika beliau mendapat gelar Rahmatan Lilalamin, dialah sebaik-baik contoh, baik dalam akhlaqul Karimah, ibadah dan muamalah. Dan Inilah yang menjadi Inspirasi bagi segenap pendiri pesantren. Bagaimana mendirikan lembaga pendidikan pesantren yang mengkaji berbagai disiplin ilmu agama sekaligus menempa para santri dengan berbagai kegiatan bisnis dan wirausaha guna mencetak kader dakwah yang memiliki jiwa entreupreneur tinggi dan mandiri. Yang akan menjadi bekal ketika di pesantren dan di masyarakat nanti.